PALITONEWS – Praktisi keinsinyuran nasional, Ulul Azmi, menyoroti kondisi stagnasi pembangunan di Sumatera Barat (Sumbar) selama 15 tahun terakhir. Meski kepemimpinan di daerah ini terbilang stabil, namun pertumbuhan ekonomi Sumbar dinilai belum menunjukkan akselerasi signifikan yang mampu menjawab tantangan zaman.
Dalam keterangannya, Ulul Azmi menyatakan bahwa stabilitas politik memang penting, tetapi tidak cukup. Tanpa terobosan dalam pembangunan, ekonomi, dan infrastruktur, stabilitas tersebut tak akan berdampak nyata bagi masyarakat.
“Sumbar butuh lompatan, bukan sekadar jalan di tempat,” tegasnya.
Data tahun 2024 memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Sumbar hanya mencapai 4,36%, menurun dibandingkan tahun 2023 yang berada di angka 4,62%. Angka ini menandakan perlambatan yang cukup mencolok, terlebih jika dibandingkan dengan beberapa provinsi lain di Pulau Sumatera yang justru menunjukkan tren peningkatan.
Selain itu, realisasi investasi di Sumbar juga tertinggal jauh, dengan total Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) hanya sebesar Rp4,4 triliun. Jumlah ini merupakan yang terendah di kawasan Sumatera. Tak hanya itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumbar memang mengalami peningkatan sebesar 0,79 poin menjadi 76,43, namun posisinya masih berada di bawah rata-rata nasional.
Ulul Azmi menekankan bahwa akar persoalan ini adalah minimnya inovasi pembangunan daerah, lambatnya peningkatan sektor produktif, serta kurangnya keberanian pemimpin untuk mengambil langkah progresif. “Potensi besar Sumbar di sektor alam, budaya, dan SDM harus dikelola dengan cara baru—berbasis teknologi dan riset,” ujarnya.
Angka prevalensi stunting di Sumbar yang masih mencapai 23,6% juga menjadi sorotan penting. Nilai tersebut jauh di atas target nasional yang ditetapkan sebesar 14%. Menurut Ulul Azmi, kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan sumber daya manusia belum menjadi prioritas utama.
Tokoh muda Sumbar yang juga dikenal aktif dalam dunia keinsinyuran ini menilai perlu adanya kepemimpinan baru yang berani membawa perubahan, bukan sekadar mempertahankan rutinitas administratif atau jargon politik tanpa realisasi. Ia mendorong agar birokrasi disederhanakan, infrastruktur dipercepat, dan sektor industri serta pariwisata dikembangkan berbasis digitalisasi dan keberlanjutan.
“Era ini membutuhkan kerja nyata berbasis data, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor. Tanpa itu, Sumbar akan terus tertinggal,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ulul Azmi mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk akademisi dan generasi muda, untuk lebih aktif terlibat dalam proses pembangunan. Ia meyakini bahwa partisipasi kolektif adalah kunci menuju transformasi Sumbar yang inklusif dan berdaya saing tinggi.
“Sumbar punya potensi emas. Tapi emas itu tidak akan bersinar jika tidak ditempa. Kita butuh keberanian untuk berubah dan strategi untuk bangkit lebih cepat,” tuturnya.
Dengan banyaknya tantangan yang dihadapi, pernyataan Ir. Ulul Azmi menjadi sinyal kuat bahwa Sumbar membutuhkan pendekatan baru dalam mengelola pembangunan. Transformasi ekonomi Sumbar, kata dia, harus segera dimulai agar daerah ini tidak terus tertinggal dalam peta pembangunan nasional. (***)
Discussion about this post