PALITONEWS – Sebanyak 168 tim pendamping keluarga dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Solok mengadvokasi keluarga-keluarga di tingkat RT/RW untuk percepatan penurunan angka stunting.
Berkaitan hal itu, Kepala Dinas pengendalian penduduk dan keluarga berencana Kota Solok, Ardinal menyampaikan beberapa hal. Pertama dari segi kelembagaan.
“Ini mulai dari tim percepatan penurunan stunting tingkat kota, kecamatan, kelurahan lalu di tingkat RT-RW ada 168 tim pendampingan keluarga yang mengadvokasi ke rumah-rumah masyarakat dan melakukan pengukuran di lapangan,” katanya, Senin (18/12/2023).
Diakuinya, mereka melakukan screening calon pengantin. Kemudian di tingkat anak-anak yang stunting diberikan bantuan Bapak Asuh Anak Stunting. Saat ini yang sudah diberikan kepada 58 baduta atau bayi bawah dua tahun dan Januari nanti selesai.
“Angka stunting di Solok berdasarkan BBGM berjumlah sekitar 360-an. Dari jumlah itu ada 147 balita di bawah dua tahun. Ini titik krusialnya bagaimana caranya agar mereka tidak stunting,” tuturnya.
Dijelaskannya, ada empat sasaran dalam percepatan penurunan angka stunting ini. Mulai dari calon pengantin yang harus melaporkan diri atau screening kesehatan.
“Kemudian ibu hamil harus memeriksakan kandungannya enam kali selama kehamilan,” ungkapnya.
Selanjutnya untuk ibu hamil, kata Ardinal, harus pasang KB dan menyusui secara eklusif selama enam bulan. Sedangkan untuk balita dilakukan penimbangan setiap bulan.
“Jangan lupa bagaimana pola asuh untuk pemberian makanan tambahan dengan protein yang adekuat itu harus dilakukan masyarakat,” jelasnya.
Kemudian Ketua tim kerja kesehatan reproduksi perwakilan BKKBN sumatera Barat mengatakan, Yessi Kartalina mengaku, ada 10.059 pendamping keluarga di Sumatera Barat.
Ini terdiri dari ibu bidan, kader PKK dan kader KB. Fungsinya mengawal, mendampingi setiap keluarga yang berisiko stunting mulai dari remaja, ibu hamil, baduta dan balita.
“Tugas ibu TPK ini mendampingi kalau ada remaja putrinya anemia atau stunting dan dipantau. Dan calon pengantin kita juga berharap kesehatan fisik dan mentalnya dipastikan. Jadi saat hamil dia siap,” katanya.
Disamping itu, dalam studi literatur yang dibacanya terakhir bahwa ada pengaruh nikotin yang dibawa salah satu anggota keluarga terhadap berat badan janin. Nikotin yang dibawa oleh perokok aktif atau pasif berpengaruh pada kesehatan janinnya. Malah terjadi pengurangan berat badan 1,5 kg dibanding yang tidak.
“Nikotin menghambat pertumbuhan janin di kandungan dan bisa memengaruhi organ-organ janin. Itu menurut penelitian yang dilakukan di salah satu rumah sakit,” kata Yessi.
Diketahui, dari laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah untuk Dinas Kesehatan Sumatera Barat mencatat angka stunting di provinsi ini. Data Provinsi Sumatera Barat berdasarkan hasil Riskesdas dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukan prevalensi stunting 36,5 % (Riskesdas 2007), 39,2 % (Riskesdas 2013), 29,9 % (Riskesdas 2018) dan 27,47% (SSGBI 2019).
Walaupun sudah terjadi penurunan, akan tetapi prevalensi stunting di Sumatera Barat masih berada diatas standar yang ditetapkan WHO yaitu <20 %.
Anggota Komisi IX DPR RI Darul Siska turun hadir dalam kegiatan itu. Dia menyampaikan betapa pentingnya penurunan angka stunting di Sumatera Barat. Menurutnya, program penurunan stunting sudah jadi program nasional yang didukung pemerintah dan DPR.
“Mulai dari kebijakan dan penganggaran kegiatan itu dilakukan secara sinergis antara pemerintah dan DPR. Oleh karena itu anggota DPR waktu reses bersama-sama dengan pemerintah salah satunya BKKBN kita sosialisasikan pada masyarakat,” katanya.
Tujuannya menurut Darul dalam rangka penurunan dan pencegahan stunting. Dia berpesan kepada masyarakat supaya di masa yang akan datang menyadari betapa pentingnya mempunyai generasi yang tidak stunting.
“Generasi yang cerdas otaknya, sehat fisiknya, kuat iman dan takwa karena generasi itu yang kita harapkan di tahun 2045 jadi generasi emas,” katanya.
Dia berharap nantinya generasi emas dapat membangun dan mengelola negara dengan tingkat kecerdasan tinggi dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional.
“Baik masyarakat yang adil dan nyatanya negara itu maju bukan hanya berdasar pada sumber daya alam tapi lebih dikelola oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Kita butuh generasi emas itu,” pungkasnya. (P03)
Discussion about this post