Palitonews – Mayoritas mata pencaharian masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) bergantung pada sektor pertanian. Jumlahnya lebih dari 50 persen dibandingkan sektor perdagangan, bidang industri jasa dan lainnya.
Politisi Partai Golkar, Evelinda, SE, MM, menyoroti masalah pertanian di Sumbar. Menurutnya, banyak faktor yang membuat rata-rata petani di Sumbar belum maksimal memperoleh hasil pertaniannya.
Fakta hari ini, kata Evelinda yang juga Caleg DPR RI dari Dapil 1 Sumbar nomor urut 3 itu, biaya produksi petani rata-rata di Sumbar masih tinggi dibandingkan nilai tukar produk pertanian itu sendiri. Kondisi itu jelas berdampak buruk terhadap perekonomian petani.
“Padahal, kalau semuanya berimbang dan sejalan, semua petani itu akan hidup berkecukupan,” kata putri asli Salayo, Kabupaten Solok itu, Kamis (23/11/2023).
Hasil pertanian di Sumbar yang mendominasi adalah padi, jagung, bawang merah, cabai, kentang, pinang, kepala sawit hingga sirsak, jeruk, manggis dan lain sebagainya. Beragam produk pertanian itu menyebar di 19 kabupaten dan kota di Sumbar.
Menurut Evelinda, masalah permodalan masih jadi momok bagi petani. Kemudian, belum terintegrasinya sistem pertanian dengan teknologi modern juga menjadi masalah. Ditambah lagi persoalan pupuk yang sulit didapatkan.
“Petani di Sumbar itu butuh sarana dan prasarana. Mulai dari bibit dan benih unggul hingga pemasaran hasil-hasil pertanian yang memberikan jaminan harga berimbang agar petani tidak merugi,” katanya.
Sebagai anak petani, Evelinda punya perhatian khusus terhadap dunia pertanian. Seperti awal Oktober 2023 lalu, Evelinda menyambangi langsung petani bawang Alahan Panjang, Kabupaten Solok, yang menjerit karena turunnya harga.
Selain menghibur, Evelinda berbagi ilmu dan informasi tentang teknologi Controlled Atmosphere Storage (CAS) atau penyimpanan dengan udara terkendali (UT). Sistem itu merupakan teknik penyimpanan buah dan sayuran yang dapat mempertahankan mutu buah/sayuran dengan cara memberikan kondisi udara yang berbeda dengan kondisi udara normal, khususnya proporsi O2 dan CO2.
Dengan sistem CAS, kandungan udara dalam ruang simpan dapat dikendalikan hingga memperlambat penuaan komoditas. “Di Brebes, kalau bawang naik mereka nggak menjualnya. Tapi mereka simpan dalam gudang dengan teknologi CAS dan mereka jual saat harga kembali normal,” katanya.
Dalam paparannya, jika kelak diamanahkan menjadi anggota DPR RI, Evelinda akan berupaya mendorong sistem pertanian sayur-sayuran di Sumbar menggunakan teknologi CAS. Apalagi, kampung halaamnya, Kabupaten Solok dikenal sebagai sentra produksi tanaman hortikultura.
Selain itu, Evelinda juga merespon cepat keluhan masyarakat yang berkaitan dengan masalah pertanian. Seperti yang dilakukannya untuk masyarakat Nagari Kacang, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok.
Tim Evelinda memberikan bantuan paralon untuk sarana pengairan sawah masyarakat di Nagari Kacang Bawah. “Pertanian itu adalah kekuatan hidup dan ekonomi masyarakat Sumbar, makanya harus kita perjuangan nanti,” katanya.
Diketahui, Sumbar telah memiliki Perda Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Pangan Berkelanjutan. Kemudian, pertanian merupakan program unggulan (progul) Gubernur Sumbar dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sumbar yang disepakati pada tahun 2019 silam. (P01)
Discussion about this post