Palitonews – Harga bawang merah masih anjlok. Kondisi ini membuat petani di Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar) menjerit. Pasalnya, bawang merah merupakan komoditi yang paling banyak ditanam petani di daerah penghasil tanaman hortikultura itu.
Saat ini, harga bawang merah ukuran dari petani hanya Rp 13 ribu per kilogramnya. Sedangkan harga bawang merah ukuran menengah hanya Rp 6 ribu per kg.
Salah seorang petani bawang di Nagari Sungai Nanam, Pendrizal, menyampaikan keluh kesahnya sebagai petani kepada politisi Golkar, Evelinda, SE, MM, yang berkunjung ke tempatnya, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Bergerak dengan Gagasan, Evelinda Caleg DPR RI Asal Solok Makin Diperhitungkan di Dapil 1 Sumbar
Menurutnya, harga bawang merah selalu fluktuatif. Tak jarang petani merugi karena biaya produksi jauh lebih mahal dibandingkan hasil pertanian. Dia pun berharap agar pemerintah memperhatikan nasib para petani, terutama soal stabilitas harga.
Evelinda mengaku prihatin dengan kondisi harga bawang merah yang turun drastis sejak 3 bulan belakangan. Menurutnya, salah salah persoalannya adalah karena panen serentak. Namun, jika alurnya stabil, tentu harga bawang merah akan cepat stabil di pasaran.
“Ada petani yang tidak mau memanennya dan membiarkan bawang mereka di ladang karena harga murah sekali. Ini kan kita kasihan sekali. Sudah berapa mereka habis uang menggarap ladang,” katanya, Senin (9/10/2023).
Caleg DPR RI Dapil 1 Sumbar itu berharap pemerintah daerah hingga Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI dapat mencarikan solusi jangka panjang untuk mengantisipasi bawang panen petani. Dengan begitu, persoalan berulang seperti hari ini tidak terjadi lagi.
“Menjaga stabilitas harga produk pertanian ini kerja kolektif. Tidak bisa sendiri-sendiri dan tentu pemerintah dituntut bergerak cepat,” katanya.
Disamping itu, saat berdialog dengan petani, Evelinda juga mengenalkan teknologi Controlled Atmosphere Storage (CAS) atau penyimpanan dengan udara terkendali (UT). Sistem itu merupakan teknik penyimpanan buah dan sayuran yang dapat mempertahankan mutu buah/sayuran dengan cara memberikan kondisi udara yang berbeda dengan kondisi udara normal, khususnya proporsi O2 dan CO2.
Baca juga: Fasilitasi Siswa SMKN 1 Solok Belajar ke DPR RI, Evelinda: Pencerdasan Fungsi Legislatif Sejak Dini!
Dengan sistem CAS, kandungan udara dalam ruang simpan dapat dikendalikan hingga memperlambat penuaan komoditas. “Di Brebes, kalau bawang naik mereka nggak menjualnya. Tapi mereka simpan dalam gudang dengan teknologi CAS dan mereka jual saat harga kembali normal,” katanya.
Dalam paparannya, jika kelak diamanahkan menjadi anggota DPR RI, Evelinda akan berupaya mendorong sistem pertanian sayur-sayuran di Sumbar menggunakan teknologi CAS. Apalagi, kampung halaamnya, Kabupaten Solok dikenal sebagai sentra produksi tanaman hortikultura.
Menurutnya, pemerintah harus mencarikan solusi jangka panjang bagi petani bawang ini. Sebab, jika solusinya hanya untuk sekadar menghabiskan stok petani saat terjadinya penumpukan, maka itu tentu akan berulang di masa-masa mendatang.
Sebelumnya, Gubernur Sumbar Mahyeldi juga mengerahkan ASN Pemprov Sumbar untuk memborong bawang merah saat digelarnya Bazar Bawang Merah Petani di Kompleks Masjid Raya Sumatera Barat, Minggu (08/10/2023).
Baca juga: Disambut Antusias, Warga Kacang Siap Menangkan Evelinda Jadi Anggota DPR RI di Pemilu 2024
“Sengaja kita meminta ASN di lingkup Pemprov Sumbar, untuk membantu petani bawang merah, dengan membeli hasil pertanian mereka. Kebetulan, hari ini seluruh ASN mengikuti agenda Subuh Mubarakah di Masjid Raya Sumbar, sehingga bazar kita gelar di sini, dan ASN bisa langsung belanja bawang merah seusai Subuh Mubarakah,” ucap Gubernur Mahyeldi di lokasi gelaran bazar. (P01)
Discussion about this post