PALITONEWS – Matahari hampir tegak tali. Sekelompok orang turun dari beberapa bus pariwisata. Di hadapan mereka ada Kampung Sasak Ende, Kabupaten Lombok Tengah. Di dalamnya tinggal Suku Sasak. Mereka termasuk dalam jumlah 2,5 juta jiwa yang mendiami Pulau Lombok.
“Sejarah mereka luar biasa,” ujar Asmadi Thaher, peserta Rangkaian Kegiatan HKSN Dinas Sosial Sumbar ke Nusa Tenggara Barat, 18-21 Desember. Dari obrolannya dengan penduduk setempat, banyak budaya yang menarik. “Orang Sasak terkenal pintar membuat kain dengan cara menenun. Dahulu setiap perempuan akan dikatakan dewasa dan siap berumah tangga jika sudah pandai menenun,” terangnya.
Kegiatan menenun itu pula yang diperlihatkan selama peserta berada di sana. Mereka juga disambut oleh Tari khas Sasak, Peresean. Seniman Mataram, Syamsul Fajri Nurawat menyebut, dahulunya tarian peresean ini digunakan adalah untuk sebuah permainan adu ketangkasan yang digunakan untuk memilih pemimpin perang dalam sebuah perkumpulan di Lombok. “Tarian peresean ini juga konon diyakini sebagai ajang pembuktian kekuatan dari setiap jenis ilmu yang dimilki,” ujarnya.
Bersama 63 lainnya, Asmadi memang mendatangi NTB untuk ikut merasakan HKSN (Hari Kesetiakawanan Nasional) yang diperingati setiap 20 Desember. Di Sumbar HKSN sudah diperingati. “Ada lomba olahraga dan bazar,” kata Rumainur, SE., MT, Kabid Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat. Jalan santai termasuk lomba yang dilaksanakan. “Sederhana. Tapi banyak peminatnya. Bahkan, pihak ketiga ikut memeriahkan.”
Di NTB sendiri, HKSN dilaksanakan dengan mengadakan sunatan massal, operasi katarak. jalan santai juga diadakan tapi digabung bersama hari ibu, tambah Rumainur. HKSN tahun ini memang tidak dipusatkan karena ‘terbentur’ jadwal kampanye terbuka untuk Pemilu 2024. “makanya, kami mengunjungi NTB untuk melihat lebih dekat kegiatan yang mereka laksanakan,” tambahnya.
Ke Kampung Sasak memang menjadi bentuk HKSN yang lain. Sesuai dengan tema tahun 2023 ini, ‘Solidaritas Dalam Harmoni’, Dinas Sosial Sumbar juga ingin menjalankan rencana strategis untuk pemberdayaan kaum terpinggirkan.
Supardi, Ketua DPRD Sumbar yang ikut mendampingi kegiatan melihat ini sebagai isu strategis. Dianggapnya, Dinas Sosial Sumbar akan berperan besar apabila berhasil memadukan solidaritas di antara suku atau bangsa yang ada di Sumbar. “Kita dianggap intoleran oleh sebuah survei. Namun, kita kan jawab lewat kegiatan. Saya sudah anggarkan pembuatan video di Dinsos bagaimana harmonisnya kehidupan antar suku di Sumatera Barat,” ujarnya.
Program itu akan digarap pada tahun 2024 lewat dana pokok pikiran dari Supardi. Untuk pembuatan video akan difokuskan pada kaum Tionghoa yang ada di Payakumbuh. “Oh, tidak ada itu intoleran di Payakumbuh,” kata Asmadi. “Kami hidup berdampaingan sejak lama. Mereka selalu datang apabila kami mengadakan helat, begitu sebaliknya.”
Selain ke Kampung Ende, peserta juga diajak keliling Lombok. Selain tempat bersejarah, peserta juga diajak berkeliling ke Bendungan Batujai-Praya, Gili Nanggu, Gili Sudak dan Gili Gedis. (rilis)
Discussion about this post