ENAM Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang resmi dikukuhkan pada Senin (29/11/2023) di Kampus III Sungai Bangek. Bidang ilmunya tentu berbeda-beda. Mereka adalah; Prof. Nurus Shalihin, M.Si., Ph.D., Prof. Dr. Remiswal, S.Ag., M.Pd., Prof. Dr. Hj. Irta Sulastri, M.Si., Prof. Dr. H. Ikhwan, SH., M.Ag., Prof. Dr. H. Muchlis Bahar, Lc., M.Ag. dan Prof. Dr. Bukhari, M.Ag.
Penulis ikut membersamai pengukuhan para Guru Besar di kampus yang dulu bernama IAIN Imam Bonjol Padang itu. Tepatnya, menyaksikan Prof. Nurus Shalihin, M.Si., Ph.D. yang menjadi pakar di bidang Ilmu Sosiologi.
Wajah Prof. Nurus Shalihin gampang diingat. Bertahi lalat di atas bibir dan low profile. Satu lagi, taklimat lelaki yang disapa ‘Da Sal’ oleh adik perempuannya itu, sangat ditunggu oleh orang-orang di sekelilingnya.
Beliau tak hanyak hanya paripurna di akademik. Kalau boleh bermetafora, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN IB Padang itu juga bagaikan ‘suluh’ banyak orang. Mulai dari keluarga, mahasiswa, adik-adiknya di kampus dan dipergerakannya saat masih aktif menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Penulis menasbihkan diri menjadi adik asuhnya. Pertengahan 2022 dan sampai hari ini, penulis adalah mahasiswanya sekaligus dosen pembimbing tesis saat menyelesaikan magister di UIN IB Padang.
Sejatinya, jalan aktivis kami berbeda. Beliau sesepuh di HMI, sedangkan penulis adalah kader Muhammadiyah yang memulai langkah dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Ternyata, perbedaan itulah yang menjadi sebuah rasa kegembiraan yang menantang untuk bersama. Beliau membangun kerangka berpikir menjadi ‘role model’ dalam meramu soal dan isu riset pengetahuan.
Lantas, kenapa penulis lafalkan beliau Profesor Surau? Semua berangkat dari latar belakang Prof. Nurus Shalihin yang tumbuh dan besar di Surau Suruk Batu Bajonjang di Jorong Lasi Mudo, Nagari Lasi, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam.
Ayah beliau yang mengelola surau itu. Maka menjadi sebuah keniscayaan saat beliau dikukuhkan menjadi Guru Besar, pidatonya berjudul “Demistifikasi Surau; Jalan Pulang Bagi Masa Depan Spiritualitas”.
Banyak orang yang termotivasi dari langkah beliau. Apalagi soal riset. Prof. Nurus sangat detail membongkar kerangka berpikir ilmiah. Kalau tegasnya jangan ditanya. Nyaris tak satu pun prinsipnya tergoyahkan lawan bicara.
Beliau profesor unik. Tidak hanya memburu ilmu dalam tumpukan buku-buku dan laboratorium. Ia juga menyelami realitas kehidupan sehari-hari dan dimensi spiritualitas.
Saat berpidato, alumni MTI Canduang itu memaparkan pandangannya secara terperinci tentang makna yang tersembunyi di balik setiap aspek Surau. Ia memberikan sudut pandang yang segar dan mendalam untuk merangkul keberagaman spiritualitas.
Surau, sebagai institusi keagamaan dalam tradisi yang hanya ada di Minangkabau, seringkali terjebak dalam persepsi konvensional yang hanya mengaitkannya dengan tempat ibadah dan pengajian.
Profesor ‘Surau’ hadir dengan niatan membebaskan Surau dari klise-kilse tersebut. Melalui pandangan kritisnya, beliau mengungkap kompleksitas Suaru sebagai pusat pritualitas, tempat yang tak hanya meresapi doa-doa dan bacaan kitab suci, tetapi juga sebagai tempat pembentukan karater dan identitas spritual masyarakat Minang.
Gagasan demistifikasi Surau yang diusungnya membuka mata kita terhadap makna yang lebih dalam, meretas makna-makna yang terkubur dalam sejarah dan tradisi. Pemikiran ini membawa harapan besar akan revitalisasi peran Surau dalam kehidupan spiritual masyarakat, di mana Surau dapat menjadi sumber pencerahan, toleransi, dan kearifan lokal.
Capaian Guru Besar ayah dari tiga orang itu hanya soal pengakuan de facto dan de jure. Bagi penulis beliau sudah mencapai maqom sebelum negara melayangkan secarik kertas ‘kenangan’. Pengukuhan ini tidak sekadar momentum kebanggaan akademik, tetapi juga menandai awal perjalanan baru.
Tertumpang harapan semoga titel itu menjadi medan yang luas baginya untuk menampung segala kearifan pengetahuan dan kebijaksanaan para ‘sofia’ dan dengan pengetahuan menjadi tariqat terbaik mencapai keridaan Sumber Prima.
Semoga peran Prof. Nurus Shalihin M.Si., Ph.D. memberikan inspirasi dan membawa manfaat positif bagi generasi akademisi dan masyarakat.
Tahniah kepada Guru Besar Prof. Nurus Shalihin M.Si., Ph.D. semoga langkah-langkah selanjutnya dipenuhi dengan keberkahan dan kesuksesan. (***)
(Penulis adalah Ketua Kelas B Program Doktor dan Formatur Termuda Terpilih PWPM Sumatera Barat Periode 2023-2027)
Discussion about this post