Palitonews – Politisi senior Partai Golkar asal Kabupaten Solok, Evelinda, SE, MM, menyerukan pentingnya perempuan Minangkabau untuk melek teknologi digital. Harapan itu disampaikan Evelinda dalam momentum Hari Kartini tahun 2025.
Tokoh perempuan Minang dari Salayo Solok itu mengatakan, semangat emansipasi tak hanya soal pendidikan dan ekonomi, tetapi juga adaptasi terhadap perkembangan zaman, khususnya dalam dunia digital.
“Kita punya tokoh perempuan yang hebat. Ruhanna Kuddus misalnya, jadi wartawati pertama di Indonesia yang juga telah jadi pahlawan nasional. Artinya, perempuan Minang dari dulu sudah punya peran besar. Kini tinggal bagaimana kita, sebagai generasi penerus, bisa mengambil peran yang relevan di era digital,” ujar Evelinda dalam pernyataan resminya, Senin (21/4/2025).
Hari Kartini sendiri diperingati setiap tanggal 21 April, bertepatan dengan hari kelahiran Raden Ajeng Kartini pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Kartini dikenal luas sebagai pelopor emansipasi perempuan Indonesia, yang memperjuangkan hak pendidikan dan kesetaraan perempuan pada masa penjajahan. Gagasannya yang tertuang dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang menjadi inspirasi bagi banyak generasi.
Menurut Evelinda, semangat gerakan Kartini tak hanya lahir di Jawa. Di Ranah Minang, perjuangan serupa juga dilakukan oleh sosok Ruhana Kuddus, perempuan kelahiran Koto Gadang, Sumatera Barat, pada 20 Desember 1884.
Ruhana Kuddus dikenal sebagai wartawati pertama Indonesia, sekaligus pendiri Soenting Melajoe, surat kabar khusus perempuan pertama di Hindia Belanda yang terbit tahun 1912. Ia juga aktif dalam mendirikan sekolah dan memperjuangkan pendidikan perempuan.
“Ruhana bukan hanya jurnalis. Ia juga guru dan aktivis yang memperjuangkan pendidikan perempuan Minangkabau. Pada 2019, beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo. Ini bukti bahwa dari dulu, perempuan Minang sudah punya semangat Kartini sendiri,” jelas Evelinda.
Evelinda menekankan bahwa karakter perempuan Minangkabau memang dikenal kuat, tangguh, dan berdaya sejak lama. Dalam adat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal, perempuan memiliki peran sentral dalam struktur keluarga dan adat.
Harta pusaka diserahkan melalui garis ibu, dan perempuan memiliki posisi penting sebagai pemilik rumah gadang serta penentu garis keturunan.
“Perempuan Minang dari dulu itu tidak hanya jadi ibu rumah tangga. Mereka memegang kendali dalam rumah adat, mengelola ekonomi keluarga, bahkan jadi pelaku utama dalam perniagaan tradisional. Jadi dari akar budayanya saja, kita ini sudah punya kekuatan,” terang Evelinda.
Sebagai tokoh perempuan yang telah puluhan tahun menjadi tenaga ahli DPR RI dan kini merupakan bagian dari tim pemenangan Pemilu Partai Golkar untuk wilayah Sumatera Bagian Utara, Evelinda menilai bahwa literasi digital bagi perempuan Minangkabau sangat krusial.
Ia menyebutkan bahwa perkembangan teknologi saat ini tak bisa dihindari, dan menjadi celah strategis bagi perempuan untuk meningkatkan kapasitas diri serta memperluas pengaruh sosial.
“Digitalisasi bukan hanya soal bisa main media sosial. Tapi bagaimana perempuan bisa menggunakan teknologi untuk usaha, pendidikan anak, dan juga menyuarakan ide-ide konstruktif lewat platform yang ada,” tambahnya.
Evelinda juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dan partai politik dalam mendorong pelatihan digital bagi perempuan, terutama di daerah-daerah yang masih minim akses. Ia menekankan bahwa emansipasi modern bagi perempuan Minangkabau harus berbasis keterampilan dan kecakapan digital agar bisa bersaing dalam dunia kerja maupun politik.
“Kartini di masa kini harus bisa jualan online, bikin konten yang mendidik, dan bisa bicara soal kebijakan publik. Itu tantangan kita bersama,” tegasnya.
Dengan semangat Hari Kartini, Evelinda berharap semakin banyak perempuan Minangkabau melek teknologi digital dan mengambil peran aktif di berbagai bidang, termasuk media, politik, ekonomi, dan sosial. Ia pun mengajak generasi muda perempuan untuk tak ragu belajar dan bergerak. (***)
Discussion about this post